Jumat, 18 November 2016

Balada Skripsi

Aku tak mau berlarut-larut dalam penyelesaian skripsi ini. Semenjak keluar daftar dosen pembimbing di akhir bulan April 2015 kemarin sangat banyak cobaan silih berganti menerpa jalan hidupku. Mulai dari dosen yang memberikan tugasnya kepadaku. Sampai teman-teman di sekitarku selalu ingin meminta duit pinjaman untukku. Padahal sudah berulangkali ku sampaikan ke mereka bahwa aku itu bukan tukang rentenir atau mungkin karena saya bukan rentenir makanya mereka masih ingin meminjam uang ke aku yah? Yang pasti aku tak tahu. Aku tak tahu yang pasti. Pastinya aku tak mau tahu dan pengen tahu, eh tahu-tahunya udah tahu. Dan teman-teman yang membaca sekarang makin tak tahu. Memang tulisan ini untuk membuat orang yang tahu menjadi tidak tahu. mohon maaf telah membuat kalian anemia. eh amnesia.
Saya kuliah di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan, Sumatera Utara, Indonesia, Asia Tenggara, Asia, Dunia. Saya mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra INDONESIA.
“wakwakawkakw…”
“kenapa ketawa?”
“bahasa Indonesia kok dijurusi, orang mah sudah belajar bahasa Inggris, Belanda, Jepang, Jerman, Lo masih aja belajar bahasa Indonesia.”
“K*u …!!! Ganti!!! terlalu keliatan bahasa Medannya. Anda yang sedang menggeluti bahasa Inggris, Jerman, Jepang, Belanda pasti mempelajari bahasa indonesia. Kita putar kembali ke masa-masa dimana Anda mengharapkan jawaban dari pertanyaan bahasa Indonesia pada saat UN SMP dan SMA. Hargailah gurumu agar berkah ilmumu”. cieeee pembelaan yang melibatkan guru segala.
Okeh. lanjut. Anda sekarang kita contohkan sedang menggeluti bahasa Jerman. Tanpa bantuan bahasa Indonesia 100 persen anda tidak akan berhasil mempelajarinya tanpa bantuan bahasa Indonesia. Karena kamus yang anda gunakan dan bahasa penghantar pembelajarannya pasti menggunakan bahasa Indonesia. Kalau memang anda tidak suka dengan bahasa Indonesia silahkan anda cari dan gunakan bahasa daerah dan kamus bahasa daerah-Jerman. Hakkul yakin saya yakin tidak bakalan ada.
Okehh…! kita kembali ke skripsi
Judul penelitian yang sudah diterima oleh dosen pembimbing I dan II adalah “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Rais Salsabiela dan Rangga Al Mahendra”. Keren gak judul skripsiku?
Tapi saya lupa kalau buku referensi yang harus kudapatkan di daerah terpencil di Sumatera Utara ini sangatlah susah. Sesusah mencari butiran debu dalam lirik lagu Rumor – Butiran Debu.
Di sini toko buku hanya hitungan jari. Dan untuk mendapatkan buku yang sesuai dengan referensi… Alamak susah sekali. sesusah mencari bini di kalangan b*nci. Makanya sampai saat ini saya masih berkutat dalam proposal skripsi. Padahal sudah 5 bulan aku jalani. Tak satupun toko buku yang memberikan sumber referensi. Telah Kucoba mencari kesana kemari. Padahal tidak ada sedikitpun niatku mencuri. Saya berniat membeli eh malah dituduh pencuri. Maksudnya pencuri hati penjaga toko buku yang bernama Siti Sumarni.
Indikator yang disetujui oleh dosen pembimbing I dan II adalah Agama, Sosial, dan Tanggungjawab. wah!!! ini susah sekali. Pertama agama. sedikit banyak saya paham dengan agama, kebetulan saya lulusan pesantren. Tetapi satu hal yang membuatku bingung. Sangat tidak mungkin kitab arab gundul yang pernah kupelajari kubuat menjadi sumber referensi, seperti kitab tafsir al-jalalen, Addusuki, Fathul Mu’in, Kailani, dan Ilmu Tafsir. Yang ada malah dosen pembimbingnya mengatakan begini.
“Nak, seharusnya anda tau kalau anda itu kuliah di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. bukan di Kairo Mesir”
Okeh…!!!
Sosial. Secara garis besar manusia adalah makhluk sosial. Tetapi lagi-lagi buku referensi harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh ahli sosial (sosiolog) dalam berteori. Tetapi tau sendirilah saudaraku sekalian bahwa di sini sangat susah mendapatkan buku. Jangankan buku pendidikan, koran saja hanya beberapa koran lokal. Itu pun 1 terbit harian, yang lain terbit mingguan. dan satu hal yang perlu diketahui bahwa di daerah ini jika ingin membeli koran, harus rela menunggu besok agar bisa membaca koran yang terbit hari ini. Pantas lah orang di sini tertinggal dari orang kota.
Indikator yang terakhir yang disetujui adalah Tanggungjawab.
okeh.. aku tahu yang ada di dalam hati pembaca sekalian bahwa orang medan bisanya cuma bisa “Jawab” tanpa mau menanggung. Yah.. saya kurang tau apakah itu benar. Yang benar saja aku belum tau apa perbedaannya dengan yang salah. Yang penting kalau masalah jawaban minta saja sama orang Medan. Pasti jawabannya selalu ada. istilahnya nih, tanpa pertanyaan seribu jawaban. Bagaiamana kalau ada pertanyaan pasti berjuta jawaban.
Untuk itu menutup tulisan mengenai skripsi ini saya ingin menulis sebuah puisi yang menandakan bahwa saya mahasiswa bahasa indonesia sejati.
Skripsi
Skripsi…
Dalam aku tertidur kau hadir dalam mimpi
Pacar berlari karena aku dituduh selingkuh dengan skripsi
Padahal skripsi ku jejali untuk kehidupan engkau dan si buah hati di esok hari nanti
Apakah engkau mau hanya makan ikan teri setiap hari
Maka bantulah aku menemukan sumber referensi
Agar skripsi tidak menjadi momok yang menakutkan lagi.
Pembimbing I dan II serasa menuntutku dalam mimpi
Di dunia nyata mereka baik sekali
Hingga ingin sekali aku menciumnya walau sekali
Tetapi apa daya satu wanita dan satu lelaki
Kucium satu yang satu meresa iri dan yang satunya lagi merasa jijik
Oh Skripsi apakah salah diri
Hingga aku terpencil di kota kecil ini
Merenung meratapi diri
Hingga terbersit dalam hati
Ingin melakukan bunuh diri
Namun aku sadari bahwa itu dimurkai Ilahi Robbi
Moga saja beberapa bulan lagi
Skripsi ku dapat terselesaikan secepat tiki
Agar aku tak menggoda Siti Sumarni
Jika berkenan kan kujadikan istri
Dan skripsi ku buat menjadi saksi cinta sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar