Sabtu, 19 November 2016

Catatan Joni Si Jomblo

Seorang pemuda terlihat fokus mencatat sesuatu di buku catatannya sembari mendengarkan lagu yang diputar di MP3 playernya. Lantunan lagu Gamaliel Audrey Cantika (GAC) berjudul “seberapa pantaskah” terdengar lembut dari Mp3 player miliknya. Namanya adalah Joni, pemuda lajang penganut kepercayaan Jomblo sejati.
Walaupun wajahnya jelek, namun otaknya bodoh. Lengkaplah sudah daya TOLAK yang dia miliki untuk mendapatkan kekasih. Setidaknya kekasih yang berasal dari bangsa wanita tulen. Mungkin daya tolaknya tersebut bisa berubah menjadi daya tarik terhadap kaum dedemit, kaum Adam atau Kaum waria penghuni Lampu merah. Dengan kata lain, dia adalah pemuda menyedihkan yang tak punya harapan untuk memiliki kekasih.
Dia sendiri heran (lebih tepatnya tidak sadar diri), bagaimana mungkin tidak ada wanita yang mau menjadi kekasihnya kendati dia memiliki banyak kekurangan. Namun, Joni adalah orang yang cukup berada. Dia tinggal di Apartement Riverside (Rumah Pinggir Kali), dan berprofesi sebagai Manager Pemasaran (Tukang Jual Pulsa). Makanan kesukaannya adalah Salad with peanut sauce (Lotek atau gado-gado). Hobinya adalah add friend di facebook yang diseleksi khusus untuk wanita single yang tinggal di area yang sama dengan dirinya, dengan harapan agar bisa menjadi kekasihnya.
Namun dia memiliki harapan yang tinggi suatu saat nanti dia bisa mendapat kekasih yang cantik jelita dan baik hati, oleh karena itu dia tetap giat add friend wanita di FB. Seperti siang itu, nampaknya secercah cahaya petromax mulai menerangi jalannya yang gelap di terowongan casablanca untuk mencari seekor, sebutir atau seorang jodoh. Seorang wanita single nampak merespons dengan baik chatting dengan dirinya. Namanya adalah Lana, nama yang sungguh indah, mirip dengan Lana lang, kekasih superman. Begitu juga dengan foto profilnya, sungguh cantik, mirip dengan Eva Arnaz atau Kiki Fatmala yang sering main di film Warkop DKI ketika masih muda dulu.
Joni dan Lana pun asyik chatting berdua. Sekian lama mereka mengobrol, saking asyiknya hingga lupa waktu. Akhirnya, Joni berhasil mengajak Lana untuk bertemu. Dia akan menjemputnya nanti malam di suatu tempat, untuk kemudian berjalan-jalan berdua.
Selesai chatting, Joni tidak lupa sholat dan mengaji. Meski dirinya serba kekurangan, kurang ganteng (jelek), kurang mancung (pesek), kurang putih (hitam legam), kurang tinggi (pendek), kurang pintar (bodoh), kurang berbagai macam hal. Dia merupakan pemuda yang giat beribadah sholat 5 waktu, yaitu sholat waktu ingat, waktu susah, waktu tertimpa musibah, waktu dagangan pulsa sepi dan yang terakhir dan paling penting, waktu ingin mendapatkan pacar.
Malam yang dinanti akhirnya tiba. Joni sudah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk berkencan dengan kaum wanita tulen. Dimulai dengan mandi menggunakan sabun pemutih kulit shinzui, keramas dengan shampoo Rejoice Christiano Ronaldo untuk penghilang ketombe, rambut yang disisir rapi diolesi minyak rambut Bimoli, Parfum sinyongnyong berwarna hijau merk Putri Duyung dan terakhir dan paling penting, dompet yang tebal, kendati hanya diisi uang receh senilai Rp. 1000, Rp. 2000 dan Rp. 5000. Seperti kata pepatah, nilailah dompet dari tebalnya.
Dengan motor bekas merk Jialing yang dia punya, Joni tampak percaya diri untuk menjemput calon kekasih pujaan hatinya, Lana. Malam itu, seolah segala hal yang dilihat tampak indah di mata Joni. Mungkin benar apa yang dikatakan Chu Pat Kay, Siluman Babi adiknya Sun Go Kong dalam film Kera Sakti,
“Ketika jatuh cinta, semua akan terlihat indah!” ucap Joni sembari meniru ucapan Pat Kay.
Ketika dia melihat pengemis, seperti melihat sosok ayah yang bekerja keras untuk keluarganya di rumah. Ketika melihat Waria, seolah melihat sosok pembela Hak Asasi Waria yang berjuang memperoleh haknya. Bahkan mungkin ketika dia mengunjungi Tanjung Priuk, dia akan menganggapnya seperti pemandangan yang indah di Pantai Kuta, Bali. Sungguh indah dunia ini.
Sesampainya di tempat menjemput Lana, Joni turun sejenak dari motornya sambil mengaca di kaca spion untuk merapihkan rambutnya yang disisir mirip Raja Dangdut Elvis Presley. Tak lama kemudian, ada suara lembut seorang wanita yang memanggilnya.
“Abang yang namanya Joni ya?” ucap sang Gadis.
Mendengar suara tersebut jantung Joni berdetak kencang. Dengan perlahan dia membalikkan kepalanya, mirip seperti adegan dalam iklan shampoo yang mengibaskan rambutnya, supaya terlihat keren. Dengan suara serak mirip Ariel Peterpan, Joni menjawab.
“Benar, saya Joni! senang bertemu. Lana, kamu luar biasa!” ucapnya seraya menirukan suara Ariel ketika konser.
Lana yang mendengar suara Joni nampak tersenyum simpul. Baginya, Joni lebih mirip dengan Parto Pelawak ketimbang Ariel Peterpan. Tak lama kemudian Lana menjawabnya.
“Benar bang, saya Lana. Maaf udah buat bang Joni menunggu!”
“Kapanpun Lana siap, Bang Joni siap mengantar Lana kemanapun!” ujar Joni.
Mereka berdua pun berangkat menuju tempat keramaian, kebetulan hari itu sedang diadakan pasar malam. Sehingga Joni pun mengajak Lana ketempat itu. Sesampainya disana, Joni mengajak Lana singgah di beberapa tempat makan spesial. Seperti kedai sate kadal bang Mamat, Kedai Baso Tikus Bang Somat, Kedai Goreng Cacing Bang Edi, Kedai Sup Buntut Cicak dan tak lupa tentunya, mengunjungi Es Kobokan Ciliwung Bang Adi.
Selesai mengunjung kedai makanan dan minuman aneh tersebut, perut Joni serasa melilit, entah kenapa. Sungguh pertanyaan konyol, walaupun sudah jelas perutnya melilit karena memakan makanan tak lazim tersebut. Kemudian Lana berkata kepada Joni perihal nasehat Bapaknya agar tidak pulang lebih dari jam 12 malam Nasehat itu bukan seperti cerita cinderella karena takut sihir Ibu Peri menghilang, namun karena takut begal di jalan.
“Bang, Bapaknya Lana bilang jangan sampai pulang ke rumah lebih dari jam 12 malam, takut ada begal di jalan bang!” ucap Lana.
“Baiklah kalau begitu, Bang Joni anterin Lana pulang sekarang juga!” jawab Joni.
Mereka berdua bergegas pulang menggunakan motor antik merk Jialing kepunyaan Joni. Namun sialnya, ban motor Joni kempes di jalan. Untung Joni menemukan seorang tukang tambal ban, sehingga dia bisa menambal ban motornya. Tapi sepertinya Joni tidak bisa mengantar Lana pulang sebelum jam 12 malam seperti nasehat Bapaknya Lana. Lana tampak cemas karena hal itu, namun Joni dengan lihai membujuk Lana agar tidak cemas. Akhirnya tambal ban pun selesai, dan mereka berdua melanjutkan perjalanan. Di perjalanan mereka tampak asyik masyuk mengobrol berdua layaknya sepasang kekasih.
“Oh ya, Lana Bang Joni ingin tahu nama Orangtua Lana siapa ya? barangkali Bang Joni kenal!” ucap Joni menirukan suara Ariel.
“Bapak namanya Mustafa, kalau Ibu namanya Katemi, Lana juga punya Adik namanya Ucil!” jawab Lana.
“Oh, begitu! tapi lucu juga ya, Mustafa kan mirip nama Jin di sinetron Jin dan Jun. Katemi mirip nama Sundel Bolong di film horor Suzanna, sedangkan Ucil mirip nama Tuyul di sinetron Tuyul dan Mba Yul?!” ucap Joni sembari tertawa.
“Kalau nama panjang Lana siapa? Bang Joni lupa nanya sebelumnya!” tanya Joni.
“Itu cuma kebetulan aja Bang, nama panjang Lana, Kunti – Lana – K!” jawabnya.
Seketika Joni terkesiap, bulu kuduk Joni merinding. Dia menyangka jangan-jangan Lana itu adalah bangsa dedemit?. Tak lama kemudian Lana kembali berkata.
“Maafin Lana Bang, karena sudah berbohong! Lena sebenarnya adalah bangsa Kuntilanak! sekarang waktu Lana untuk menyamar jadi manusia sudah berakhir, Lana harus kembali menjadi Kuntilanak, hiks, hiks!” ucap Lana sembari menangis.
Mendengar ucapan Lana, akhirnya Joni bertekad, sebagai pria sejati, dia harus menerima Lana apa adanya. Karena itu adalah bentuk cinta sejati. Lalu Joni pun berkata keada Lana.
“Lana, Bang Joni ikhlas menerima Lana apa adanya! jadi Lana jangan sedih!”
Setelah Joni berkata seperti itu, air mata Lana mengalir deras karena terharu. Baru kali ini ada lelaki dari bangsa manusia yang bisa menerima dirinya apa adanya. Kemudian Lana berkata.
“Terima Kasih Bang Joni, sudah bisa menerima Lana apa adanya! Kalau Bang Joni ikhlas menerima Lana. Lana akan setia menunggu di Pohon Beringin dekat kuburan pinggir jalan setiap malam jumat!” ujar Lana.
“Baiklah Lana, Bang Joni pasti datang! Tunggulah Abang di Pohon Beringin dekat kuburan pinggir jalan!”. jawab Joni.
Sejak saat itu, hubungan Joni dan Lana berkembang hingga ke jenjang pernikahan. Hingga akhirnya mereka memiliki 2 orang anak, seorang anak lelaki Tuyul bernama David dan seorang anak perempuan Kuntilanak bernama Mary.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar