Sabtu, 19 November 2016

Itu Bukan Milikmu Nak

Suatu hari di pagi itu sekitar pukul 06.30 saat dimana anak sekolah semuanya mulai bergegas berangkat menuju ke sekolahnya. Namun tiba-tiba ada terdengar suara orang yang dipukul, dan ternyata betul. Seorang anak laki-laki bernama Jamal yang telah bersiap berangkat ke ke sekolahnya, namun dipukuli oleh ibunya.
“Pruuk… pruuk… pruuk…” Suara bambu kering yang dipukulkan ke betis Jamal oleh ibunya. “Jangan kamu pergi ke sekolah, kalau kamu mau memakai itu Nak!” Seru ibunya Jamal.
Namun Jamal tetap saja ngotot ingin memakainya. “Aku tetap ingin memakainya Bu!” Ucap Jamal. Ibunya pun terus-menerus memukulinya, “Pruuk.. pruuuk.. pruuuk..” Hingga tidak lama berselang, bapaknya Jamal pun datang dari melaut semalam suntuk, dan menemukan Jamal sedang dipukul oleh ibunya. Namun rupanya bapaknya pun ikut memukulinya.
“Pruuuk…pruuuuk…pruuuk!!” suara bambu kering yang dipukulkan kembali ke betis Jamal oleh bapaknya. Bambu yang dipukulkan ke betis jamal oleh bapaknya, merupakan bambu yang tadi dipakai oleh ibunya. “Jangan kau pergi ke sekolah, Kalau ingin memakai itu Nak!” Seru bapaknya Jamal.
Namun lagi-lagi Jamal pun tidak menghiraukan, justru ia tetap ingin memakainya, “Aku tetap ingin memakainya Pak!” Seru Jamal pada bapaknya. Jamal pun terus menerus dipukuli
“Pruuk… pruuk… pruuk,” Kembali lagi bambu kering mendarat terus menerus di betis Jamal. Ibunya pun terlihat juga ikut memukulinya dengan mengambil bambu yang lain, “Jangan kau pakai itu, karena itu bukan milikmu Nak!” Seru kembali bapaknya Jamal. Jari telunjuknya terlihat menunjuk sesuatu yang berada pada diri Jamal.
Orang-orang pun yang ada di sekitar melihat tempat Jamal dipukuli oleh kedua orangtuanya. Semua pun hanya terdiam melihat kejadian yang dialami Jamal. Mereka pun semua seolah menyetujui apa yang dilakukan kedua orangtua Jamal pada diri Jamal. Padahal betis Jamal sudah membiru, terlihat tidak lama akan mengeluarkan darah. Akibat terus menerus dipukuli oleh kedua orangtuanya. Akhirnya Jamal pun tidak jadi pergi bersekolah pada hari itu. Ia tidak sanggup lagi untuk berjalan kuat, akibat betisnya yang telah membengkak. Langkah kaki Jamal pun terlihat melambat akibat kesakitan, dan ia pun memutuskan untuk kembali saja masuk ke dalam rumahnya. Selangkah demi selangkah Jamal pun akhirnya sampai, lalu kemudian ia pun memasuki rumahnya dan berlalu terus menuju kamarnya untuk berbaring.
Kedua orangtua Jamal masih berada di tempat Jamal tadi dipukul, dengan terlihat berbicara dengan tetangganya mengenai kelakuan Jamal. Namun tidak lama kedua orangtua Jamal meninggalkan tempat tersebut, dengan kembali masuk ke rumahnya. Ibu Jamal pun terus menuju ke dapur untuk mempersiapkan makan untuk bapaknya Jamal, karena tentu sudah lapar, karena habis pulang dari melaut semalam suntuk apalagi waktu makan telah tiba. Setelah semua makanan telah tersaji di atas meja makan, ibu Jamal pun mempersilahkan bapaknya Jamal untuk bergegas menuju ke meja makan. Lantas kemudian ibunya Jamal pun masuk ke kamar Jamal untuk menyuruhnya pergi makan, namun rupanya Jamal lagi tertidur.
Sore pun telah tiba, dan Jamal pun telah bangun dari tidurnya. Namun Jamal masih saja berada di kamarnya. Jamal pun belum pernah makan seharian. Jamal hanya ingin terus mengurung dirinya di dalam kamarnya, sebagai bentuk protes pada orangtuanya, akibat melarang dirinya untuk pergi bersekolah tadi pagi. Hingga malam pun telah tiba, namun lagi-lagi Jamal masih di dalam kamarnya. Tidak sekali pun ia pernah ke luar dari kamarnya. Sepertinya Jamal betul melakukan aksi protes pada kedua orangtuanya.
Ibunya Jamal yang lagi berada di dapur sedang memasak untuk mempersiapkan makan malam untuk mereka sekeluarga, sekaligus untuk persiapan bekal untuk bapaknya Jamal. Sebentar bapaknya Jamal akan kembali turun melaut, tentunya ia harus membawa bekal untuk dimakan saat di laut nantinya. Akhirnya ibunya Jamal pun telah selesai memasak, serta masakan pun telah ia sajikan di atas meja. Ibunya Jamal pun bergegas memanggil bapaknya Jamal, dan Jamal yang dari tadi seharian tidak pernah makan akibat ia kesal.
“Pak makanan sudah tersaji di atas meja, silahkan pergi makan Pak!” Seru ibunya Jamal pada bapaknya Jamal.
“Iya Bu,” Ucap bapaknya Jamal. Terlihat bergegas menuju ke ruang makan tempat makanan tersebut disajikan.
Lalu ibunya pun Jamal bergegas ke kamar Jamal untuk mengajaknya pula untuk makan.
“Nak pergi makan!” Seru ibunya Jamal pada Jamal.
“Aku tidak mau pergi makan Bu.” Ucap Jamal pada ibunya dengan nada kesal.
Ibunya pun meninggalkan kamarnya Jamal, ia kemudian berlalu menuju ke meja makan untuk ikut makan bersama bapaknya Jamal. “Bagaimana keadaan Jamal Bu?” Tanya bapaknya Jamal.
“Jamal terlihat lemas Pak, soalnya seharian tidak pernah makan,” Jawab ibunya Jamal.
“Waah tidak boleh, Jamal membiarkan dirinya seperti itu Bu!” Seru bapaknya Jamal.
“Namun harus bagaimana lagi, saya sudah membujuknya, namun ia tetap saja tidak mau makan Pak.” Ucap ibunya Jamal.
Hingga mereka pun berdua terlihat telah selesai makan, dan bapak Jamal pun kemudian bersiap-siap untuk pergi melaut. Demi memenuhi kebutuhan keluarga. Sebagai seorang ibu tentunya memiliki rasa kasih sayang pada anaknya, tidak terkecuali ibunya Jamal. Ibunya Jamal pun kembali menghampiri Jamal di kamarnya yang sejak dari tadi tidak pernah ke luar dari kamarnya.
“Nak bangunlah, nggak baik terus-terusan begitu!” Seru ibunya Jamal.
“Nanti Nak kamu sakit kalau tidak pernah makan,” Sambung ibunya Jamal.
“Aku tidak mau makan Bu, soalnya ibu dan Bapak melarangku tadi pagi untuk berangkat ke sekolah,” Ucap Jamal.
“Aku dan Bapakmu melarangmu ke sekolah karena kamu memakai rok,” Ucap ibunya Jamal.
“Nak kamu itu laki-laki, tidak boleh memakai rok ke sekolah!” Seru ibunya Jamal pada Jamal.
SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar