Sabtu, 19 November 2016

Satria, Gara gara Facebook


Tulisan permintaan pertemanan dipijit, klik!! Beres, kata Satria di dalam hatinya. Dia masih asyik mengutak-atik dan memandangi fesbuk di ponselnya. Satria mencoba meraih gelas teh di meja, haus… Tapi asbak yang didapat. Lalu dikembalikan asbak tersebut di tempatnya, dan kali ini gelas beneran yang dia dapat. Glek, glek Ah segar… Haus pun hilang!

Yessss!!! Teriak Satria di ruang tamu sembari mengepalkan tangannya. Tahu kenapa dia girang? Satria mendapat teman baru dari fesbuk di ponselnya yang masih dia pegang. Namanya Gita. Bu Ratna ibu Satria yang berdiri di dekatnya agak keheranan melihat tingkah laku putra tunggalnya tersebut. “Ibu mau ke warung untuk membeli ikan dan sayuran. Ibu tadi menanak nasi di dapur, tapi belum matang. Nanti kalau sudah sekitar sepuluh menit Ibu belum pulang, kamu matikan ya kompornya. Itu berarti nasinya sudah matang. Jangan lupa!! Diingat..!” Kata Bu Ratna lalu pergi. “Siap! Beres!” Jawab Satria sambil terus asyik mainin fesbuk.
Satria sangat gemar membaca status dan komen milik fesbuker. Terkadang Satria sampai senyum-senyum sendiri, ketawa ketiwi, sedih, nangis, lompat-lompat, jungkir balik, jumpalitan, gulung-gulung, bahkan ketiduran, dan lain sebagainya. Agak lama kemudian Bu Ratna pulang.
“Ada bau sate? Satria, kamu beli sate ya? Kamu pasti pecahin celengan kamu untuk beli sate…” Kata Bu Ratna.
“Ah, tidak kok Bu.” Jawabnya.
“Terus kok ada bau bakar-bakaran? Apa ada tetangga kita yang punya hajatan?” Tanya Bu Ratna makin penasaran.
“Tidak tahu…” Jawab Satria tanpa menoleh sedikit pun. Sebab lagi seru-serunya fesbukan.
“Berarti ini… ini… bau dari dapur kita. Hah? Satriaaaaa!!” Teriak Bu Ratna lalu tergesa-gesa ke dapur.
Dimatikannya kompor itu. Bu Ratna meraih sapu lidi yang ada di pojok ruangan, dan segera ke ruang tamu. Mana anak itu? Hm, sudah kabur??Pikir Bu Ratna. Terlihat ruangan tamu kosong, tidak ada penghuninya. Lalu kemanakah Satria? Sebenarnya Satria sudah tahu kalau ibunya mengambil sapu lidi tersebut untuk ditepuk-tepukin di pantatnya. Ah tidaaakkk!!!

Satria masih fesbukan, tapi kali ini di gardu kampung. Mumpung lagi sepi. Ada seorang laki-laki bertubuh kekar datang duduk di sampingnya. Satria diam. Orang itu tersenyum.
“Bang, mau beli baju bekas tidak? Bagus-bagus bang. Dah murah saja…” Katanya.
“Baju apa bang?” Tanya Satria.
“Ini celana dua, kaus dua, dan kemeja satu,” Kata lelaki itu sambil mengeluarkannya dari bungkusan tas keresek hitam. “Wah!! Bagus banget bang! ini my style. Memangnya mau dijual berapa Bang?” Satria kegirangan.
“Seratus ribu saja Bang. Buat makan. Lapar nih…” Kata laki-laki itu.
“Kalau lima puluh ribu gimana?” Tawar Satria.
“Okelah, buruan… lapar nih!” Jawab laki-laki itu.
“Iya, iya… Nih uangnya,” Satria memberikan selembar uang lima puluh ribuan.
“Makasih Bang!” Kata laki-laki itu langsung pergi.
Satria membawa bungkusan itu pulang. Dia taruh di atas meja. Bu Ratna tahu, lalu membuka bungkusan itu.
“Tumben kamu rajin, mau ngambilin jemuranmu di depan yang Ibu cuci tadi pagi. Itu baju-bajumu kenapa ditaruh tas keresek? Sana taruh di meja kecil, nanti mau Ibu setrika,” Kata Bu Ratna. “Jadi ini baju Satria sendiri Bu?” Kata Satria kaget seperti mendengar letusan mercon, di bulan Ramadhan.
“Iya, tadi pagi Ibu cuci. Terus Ibu jemur di depan. Memang bajunya siapa?” Jawab Bu Ratna. Ahh tidaaakk (tepuk jidat )!! Berarti laki-laki yang ditemui Satria tadi adalah maling jemuran. Korbannya Satria, penadahnya juga Satria! Hening sejenak. Satria diam mematung, ada yang mengganjal di dalam hatinya. Seperti sebongkah batu, sebesar asbak.

Malam ini Satria menghabiskan waktu hanya dengan fesbukan. Dia menanti kabar dari Gita, teman barunya. Detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam tak kunjung ada kabar. Satria penasaran. Hingga tertidur dengan penasaran. Dan bermimpi dengan rasa penuh penasaran.
Kukuruyuuuukkk!!! Suara ayam jago berkokok tanda waktu mulai subuh. Satria bangun tidur, cuci muka, terus berangkat ke mesjid. Sepulangnya langsung bersih-bersih kamar dan menyiapkan buku-bukunya. Lanjut mandi, sarapan pagi, dan berangkat kesekolah. Bel sekolah berbunyi, semua murid duduk rapi di bangkunya masing-masing.
“Kumpulkan buku PR bahasa Inggris kalian di depan!” Kata Bu Fellin membuka pelajaran hari ini. Satu per satu teman-teman Satria maju ke depan mengumpulkan bukunya. Kecuali Satria (yang tepuk jidat lagi). Alhasil, Satria mendapatkan hukuman berdiri di depan kelas selama sepuluh menit. Pulang sekolah ada yang mencegat Satria di depan pintu gerbang sekolah. Seorang cewek, cantik. Namanya Gita. Dari SMA Puteri. Sudah dulu yaa, biarkan Satria ngobrol sama Gita. Jangan diganggu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar