Jumat, 18 November 2016

Bidadari, Benerkah Itu?

Hari ini adalah hari yang tidak mendukung. Pagi-pagi, sudah hujan. Padahal, ini hari Minggu. Cucian belum kering, terus kena kantong kering, suasana lagi boring, rencana hang out gagal maksimal. Rasanya seperti terombang-ambing.
“Kenapa harus hujan segala sih? kan jadi serba basah” ucapku dalam hati. Tapi aku ingat, kalau hujan adalah salah satu anugerah dari tuhan di antara keajaiban lainnya yang patut kita syukuri.
Hujan itu adalah fenomena alam yang wajar dalam siklus hidrologi. Semuanya secara jelas telah terbukti dalam dunia sains. Oh ya, pas hari sudah beranjak siang, hujan turun gerimis, dengan munculnya cahaya mentari remang-remang yang menembus awan hitam. Hatiku bersorak riang. Menurut buku yang pernah aku baca, menurut penuturan guru sainsku, menurut sinetron yang pernah aku tonton, dan kata mamaku “kalau hujan tapi mataharinya tampak, bakal ada pelangi” semua orang bilang begitu. Tapi, aku merasa bingung. Pas kubaca buku berjudul “Cahaya di Alam Semesta”, aku baca buku itu pinjeman dari perpus di sekolah, menurut buku itu pelangi muncul karena ada pembiasan cahaya matahari oleh air hujan yang membentuk berbagai macam warna dengan berbagai intensitas cahaya, ada merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Guru sainsku juga bilang begitu. Kalau di sinetron fiksi, katanya di balik pelangi ada harta karun dan ada bidadari yang rupanya cantik sekali sedang turun ke bumi buat mandi di kali. Eh bukan di kali sih, tapi di telaga. Telaga, apa danau ya? ya pokoknya itulah. Tapi gak tau juga sih. Tapi mamaku bilang kalau pelangi itu tercipta atas kehendak tuhan yang maha agung. Aduh… bingung mana yang betul?
Tak ada yang salah tentang jawaban pemecahan polemik ini, semuanya benar. Pelangi muncul karena pembiasan cahaya, memang betul. Nah kalau pelangi muncul karena ada bidadari, tanda tanya besar buatku “Bidadari… benarkah?”. hihihihi aku lupa, pada pembukaan sinetron tercantum, kalau ceritanya hanya fiktif dan rekaan belaka. Jadi penuh imajinasi dan khayalan gimana gitu ya…
Karena aku terlau asyik terjun ke dunia imajinasi, tiba-tiba…
“Dorrr…” adikku menepuk pundakku dari belakang
“Ih ngagetin aja” kataku seraya kaget
“ngapain sih?” tanyanya heran
“Mau lihat keajaiban dunia!” jawabku
“Apa, di mana, Borobudur, menara Pizza, Taj Mahal, piramida Mesir, atau Tembok China?” inayah bicara sambil kayak ngabsen gitu.
“Hush, bukan lah”
“Terus apa dong?” adikku makin penasaran
“Pelangi”
“Pelangi? kok bisa, kan biasa-biasa aja?”. Entah memang gatal karena ada kutu, atau keheranan, dia menggaruk kepalanya.
“Pelangi itu warnanya indah kan? dan memancarkan cahaya terang? Kamu tau tidak, mungkin ada kaitannya antara hujan, pelangi, harta karun, dan keajaiban tuhan?”
“Tidak, apa itu?”
“Kaitannya adalah, sebagai manusia kita harus bisa bersyukur atas semua karunia dari tuhan, segala sesuatu kejadian terjadi dan sesuatu diciptakan pasti ada tujuannya yang tak pernah kita tahu seberapa besar gunanya bagi kita, itu semua merupakan satu keajaiban tuhan, seperti halnya hujan dan pelangi. Munculnya pelangi setelah hujan adalah suatu gambaran yang mengharuskan kita untuk selalu memberikan manfaat bagi orang lain dan agar kita selalu berusaha untuk membuat suatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih baik, seperi halnya pelangi yang selalu menebar cahaya kemilau yang indah, orang dulu berkata ada bidadari setelah hujan hanyalah kiasan, bahwa setelah hujan alam akan menjadi indah nan molek rupawan dan udara di sekitar kita menjadi sejuk. Dan rasa syukur atas ini semua, itulah harta karun berharga yang dimaksud. Mengerti?” tanyaku dengan penjelasan yang terlalu panjang. Saking panjangnya, adikku tiba-tiba hilang dari pandanganku
“Dek… dek, dimana?” tanyaku agak berteriak
Saat aku berbalik badan, terlihat adikku kegirangan melihat pelangi yang begitu jelas terlihat di teras rumah
“Hei kamu lagi diajak bicara juga”
“Emang kakak siapa, presiden?”
“Emang kenapa?”
“ngomongnya kayak pidato presiden waktu upacara 17 Agustusan”
“ih kamu ini…”
“Kak lihat! pelanginya bagus ya, ada merah, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Saya suka, saya suka!” teriaknya. Aku menghampirinya dan menepuk pundaknya seraya berkata
“Subhanallah, indah sekali. itulah keajaiban yang aku tunggu”
Dan sejak saat itu, aku makin paham betapa besar keagungan tuhan, yang begitu bermanfaat bagi kehidupan. Dan aku makin bersyukur atas apa yang telah tuhan berikan. Terima kasih tuhan atas keajaiban-keajaiban yang telah engkau berikan, dalam hidupku, terimakasihku tak akan pernah hilang, untuk selamanya…
SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar