Sabtu, 19 November 2016

Setan Sambalado

Gak asing lagi dengan yang namanya lagu-lagu dangdut zaman sekarang, dan tentunya kita suka dong dengan hal-hal yang baru. Langsung aja ini aku Nova dan 3 sobatku Cici, Cika, dan Salva yang masih duduk di bangku SMA, hal yang kita sukai itu mendaki gunung, kita itu suka banget nyanyi-nyanyi, apalagi sobatku yang satu ini si Cika. Dia itu suka banget lagunya si Ayu ting ting apa lagi yang judulnya sambalado, hampir tiap hari dia dengerin tuh lagu.
Sampai-sampai aku tuh heran sama sikapnya. Di desa ini aku tinggal bersama 3 sobatku. Kita sering lewatin waktu bersama, canda tawa bersama. Tak terasa kita lewatin waktu yang cukup lama, dan akhirnya aku, Cici, dan Salva kehilangan sahabat yang sangat kita sayangi si Cika. Sudah dua hari kita lewatin hari kematiannya, karena dia terjatuh dari sebuah tebing yang sangat tinggi. Dia terjatuh dan akhirnya dia meninggal dunia. Tapi kita tuh gelisah dengan berperginya Cika, karena kita selalu didatangin dia di mimpi kita.
Tiap malem aku mimpiin dia, sampe gak bisa tidur.
Dan mimpinya tuh serem, dia selalu teror aku dengan hal-hal yang mistis. Sering juga aku dengerin suara dia nangis-nangis, panggil-panggil namaku, dan dia minta tolong. Dan akhirnya aku ingin lupain kenangan saat-saat dengannya, ternyata gak cuma aku yang diteror dua sobatku juga ikut diteror. Sampai-sampai kita nangis ketakutan karena terornya. Mbah Kudis namanya, beliau seorang penerawang di desa kita. Beliau itu mampu menerawang hal-hal yang mistis, tentunya? mbah Kudis pun tahu tentang kegelisahan kita, karena itu kita minta tolong dengan mbah Kudis.
Saat itu kita menceritakan kegelisahan kita, karena teror Cika. Dalam waktu sekejap mbah Kudis tahu akan permasalahan ini. Ternyata dan ternyata, penangkalnya. “Cika itu minta didengerin lagu sambalado.” Oh ternyata itu yang dia inginkan, huhh cape-cape kita mikirin sampai mati ketakutan, dan hanya itu yang menjadi penangkalnya dan kita ngucapin mantranya, “Bong sambel kacang bibir moncong bolong bolong,” aku dan temanku heran kenapa harus ini manteranya dan akhirnya kita turutin saran dari mbah Kudis.
Hari-hari telah berlalu, malam pun tiba, aku, Cici, dan Salva sengaja tidur bareng di kamarku ini, dan saat kita hampir saja mau tidur, terdengar suara Cika panggil-panggil kita, lalu kita bersemangat menjawabnya, “Apa yang kau mau, apakah kau menginginkan lagu yang kau sukai itu, baiklah akan kita turutin kemauanmu, dengar baik-baik yaa,” dengan rasa sedikit ketakutan, dia pun menjawab, “Benar, aku menginginkan lagu kesukaanku teman.” dan akhirnya kita putarin lagu sambalado dan kita sambil ngucapin manteranya. “Bong sambel kacang bibir moncong bolong bolong.” akhirnya dia pun tenang di alam sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar