Jumat, 18 November 2016

Zombie Invasion Part 1


“Aku harus segera pergi dari rumah” pikirku tak karuan sambil mengemasi barang-barang yang kuperlukan. Entah mengapa situasi begini aku bisa melakukan hal ini juga.
“Haduhh, dimana sih pemukulku?” keluhku sambil melihat ke segala arah di setiap sudut rumah.
Sekeras apa pun kumencoba untuk mencarinya, masih saja belum ketemu. Inilah yang kubingungkan, semakin suatu benda dicari semakin juga susah untuk ditemukan.
“Oh iya, aku baru ingat sekarang, tadi kalo gak salah ada di ruang tamu deh.”
Kemudian ku segera lari ke ruang tamu untuk mengambil pemukulku sesudah itu aku segera berlari ke pintu dapur untuk kabur tapi setelah kupikir-pikir lagi sepertinya itu percuma, kenapa? karena di luar pasti banyak Zombie yang sudah mengepung rumahku.
“Sial, terus aku harus bagaimana? aku gak mau di sini terus, tapi kalo aku keluar… Nanti aku bakal mati.” kataku yang hampir putus asa.
Sebenarnya aku juga gak tau bagaimana semua ini bisa terjadi, setahuku, kemarin baik-baik saja, semua berjalan normal dan gak ada yang aneh. Tapi entah kenapa saat tadi pagi aku sesudah bangun tidur dan sedang berjalan ke pintu depan untuk membukanya, tiba-tiba ada suara aneh seperti orang yang lagi menggeram gitu ih, di luar pintu. Karena aku merasa curiga, ya kuintip saja dulu apa yang sedang terjadi di luar, lewat jendela rumahku. Langsung saja hal itu membuatku terkejut. Sungguh pemandangan yang mencengangkan, tetanggaku, keluargaku dan sebagian temanku menjadi Zombie. Kenapa aku bisa tahu kalo mereka sudah menjadi Zombie? Ayolah, aku pernah nonton film kak, dik, mas, mbak. ciri-cirinya ya persis kayak gitu, muka jelek, letih, lesu, jalan sempoyongan, bau, gak pernah mandi kayak kamu, eh salah. Maksudnya kayak Zombie. Sekarang aku tahu, ternyata bangun agak kesiangan itu ada gunanya juga. Walaupun ini baru pertama kali.
“Kalo lewat pintu depan pasti ada Zombie, kalo lewat pintu belakang juga ada Zombie, kalo lewat atap… mungkin bisa, lagi pula di dapur juga ada tangga” gumamku.
Tanpa banyak berpikir aku pun langsung segera mengambil tangga, meletakkannya dan menaikinya..
..Atap rumah
“Sekarang gue tinggal memikirkan bagaimana caranya untuk turun dari sini dengan aman dan selamat.”
Berpikir, berpikir dan berpikir adalah hal yang bisa kulakukan saat ini. Tiba-tiba saat aku lagi sibuk berfikir, ada suara teriakkan minta tolong dari arah utara dan sepertinya suara itu, suara cewek. Sebenarnya aku mau menolong, tapi aku juga punya masalah sendiri disini, satu-satunya hal yang bisa aku lakukan saat ini ya cuman mendo’akannya agar selamat. Beberapa menit sudah berlalu dan aku masih berada di atap rumah lalu kuputuskan untuk mengecek keadaan di bawah melalui pinggiran genteng yang hampir melorot jatuh.
“Aik. Pada kemana tuh Zombie-zombie? ah bodo amat yang penting aku bisa turun sekarang.” ucapku.
Tanpa ragu lagi aku pun langsung loncat dari atap rumahku lalu mendarat di tanah yang ada rerumputannya.
“Aaauuuh… sakitttt..” ucapku kesakitan. “Perasaan dari atas gak tinggi-tinggi amat”
“Tolongggg!!”
Tiba-tiba gue dikejutkan lagi oleh suara itu.
“Hm?, apakah orang itu masih selamat?” batinku.
Lalu ku mencoba untuk mendengarkan lagi dengan sungguh-sungguh.
“Tolooongg! siapa saja tolong aku!”
Tanpa perlu waktu yang lama suara itu muncul kembali dan semakin jelas.
“Kedengarannya suara tadi dari arah utara deh. Aku yakin itu pasti suara cewek, gue harus segera menolongnya.”
Tanpa basa-basi lagi, aku pun langsung berlari menuju ke utara untuk mencari tau siapa cewek itu dan segera untuk menolongnya. Setelah berlarian mencari jejak suaranya akhirnya aku menemukannya yang sedang terpojok di suatu gang, dengan seekor Zombie yang mendekatinya.
“Yan, tolong selamatkan Aku!” Teriak cewek itu sambil menengok kearahku.
Aku terkejut sekali, saat cewek itu berteriak kearahku, seketika aku langsung sadar, ternyata cewek itu adalah Nur, Omong-omong Nur adalah tetanggaku, cewek, gak lebih tinggi dariku dan cuma itu doang yang gue tau tentang dia. Karena maklum aja, soalnya aku kurang mengenalnya begitu dekat. Dulu aku pernah mau menjadikannya pacar, karena cantik, sayangnya dia menolakku, alasannya sih, kita lebih baik jadi tetangga aja. Ya walaupun begitu, aku masih mempunyai sedikit rasa denganya. Bahkan sampai sekarang. Oke, lanjut ke cerita. Supaya dia gak takut takut banget, aku pun berusaha untuk menolongnya dari pada nanti terjadi sesuatu yang gak diinginkan. Aku pun langsung menghantam kepala Zombie itu pakai pemukulku yang sudah kupersiapkan sejak tadi.
prakkk
Zombie itu pun langsung terpental menghantam tembok dan terkapar di lantai, untuk berjaga-jaga biar gak hidup lagi, kuhantamkan pemukulku beberapa kali ke kepalanya. Setelah selesai aku pun langsung mendekati Nur yang sudah ketakutan banget melihat kejadian tadi.
“Hei, kamu gak kenapa-kenapa kan?” Tanyaku.
“Gak kenapa-kenapa gimana!? Aku ketakutan sekali tadi.” jawab Nur.
“Ya, aku juga bisa lihat dari ekspresimu tadi.”
“Uhmm.. Oh iya Yan, Terima kasih ya sudah menolongku tadi.”
“Iya, sama-sama.”
“Oh iya Yan satu hal lagi.”
“Ada apa? lu terluka? lu sakit?” Tanyaku panik.
“Heee.. Bukaaan.. Aku cuma mau tanya. Boleh kan?”
“Uhm.. Mau tanya apa?”
“Aku boleh ikut kamu gak?”
“Huh? kenapa?”
“Begini lo Yan”
Dan berceritalah si Nur ke diriku lebar panjang. Intinya gini, disaat Nur masih tidur, ayahnya bilang sama Nur kalo dia harus mencariku, setelah itu disuruh ikut denganku kalo ayahnya gak kembali lagi sampai pagi, kata ayahnya sih cuma aku yang bisa menjaga Nur. Sebenarnya aku sih gak tau apa maksud ayahnya dengan cuma aku yang bisa menjaga Nur.
“Jadi begitu ceritanya Yan.” ucap Nur ke aku sehabis bercerita.
“Ouh..” Ujarku.
“Jadi.. sekarang kita mau ngapain Yan?” Tanya Nur.
“Hmmmmmm… kamu tadi sudah sarapan belum?” Aku tanya balik keNur.
“Sudah sih, emangnya kamu belum ya?”
“Hehehe.. belum sih.” jawabku sambil senyum.
“Haduh.. Yan… Yan.” Ucap Nur sambil geleng geleng kepalanya.
“Tadi kamu masak gak?”
“Masak, tapi cuma Nasi dan lauknya juga cuma sambel sama ikan teri. Mau?”
“Tentu saja aku mau.” Sahutku dengan semangat
Setelah bercakap-cakap, aku langsung menyuruh Nur untuk segera pergi ke rumahnya untuk sarapan, mengingat keadaan di luar tidak aman kami pun mempercepat langkah kami, untung saja kami tidak menemukan satu Zombie pun di perjalanan jadi kami bisa lega sedikit. Tak butuh waktu lama kami pun sudah sampai di rumah Nur, dengan segera kami masuk lalu menutup dan mengunci semua pintu dan jendela untuk berjaga-jaga agar zombie tidak ikut masuk. Setelah itu aku minta izin ke Nur yang sedang menuju ke kamarnya untuk meminta Nasi dan sambel teri miliknya untuk kumakan. Sesudah sarapan aku pun menuju ke dapur untuk mencuci piring yang ku gunakan tadi, INGAT!! sebahaya-bahayanya keadaan yang terjadi tetaplah jaga kebersihan, tapi aku gak mandi, karena.. hari libur kok mandi!. Setelah itu aku pun berjalan keluar dari dapur untuk menuju ke kamar Nur.
tok tok tok
“Masuk saja pintunya gak aku kunci.” jawab Nur dari dalam kamar.
Setelah dapat izin dari Nur, aku pun segera masuk ke kamarnya.
“Maaf Nur.”
“Untuk apa?”
“Tadi aku habisin semua sambelnya. Soalnya enak sih ditambah lagi aku juga laper, hehehe.”
“Oh iya gak papa, justru aku senang bila kamu mau menghabiskannya.”
“Hehehe, iya. Tapi siapa juga sih yang gak mau habisin sambel teri buatanmu, hehehe.”
“Hahaha, bisa aja kamu Yan.”
“Oh iya Nur, aku mau tanya.”
“Tanya apa?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar