Sabtu, 19 November 2016

Bloon (Kuburan)

Bugo berjalan di kuburan umum bersama gengnya beranggota Bugo, Langga, Obeh, Opik, dan Nugroho yang disingkat menjadi BLOON.
“Bro mana katanya ada setan kutil beranak di sini?” tanya Opik.
“Tahu nih setannya pada banci, banci di pintu kuburan aja berani ngajak kita jalan tadi,” kata Langga dengan suara keras.
Suasana makin hening ditambah suara-suara ghaib.
“Bro, bro lodenger suara gak?” tanya Bugo dengan suara pelan.
“Kagak,” jawab Nugroho dengan santai.
“Denger nih,”
Dutttt pret.. Pret.. Pret..
“Bangs*t lo Go yang lain merinding lo malah kentut bego!” kata Obeh.
“Hooh bau parfum mahal gue ilang deh, sialan,” tambah Opik.
Geng tersebut berbicara tanpa berhenti dari bicara soal bencong yang tadi mengajaknya jalan sampai kucing yang mati gara-gara nge-jilat kolor Langga. Tanpa disadari sosok pocong melihat mereka di belakang pohon.
“Toing.. Toing..” suara pocong lompat di sebelah pohon (tapi suaranya kayak orang maen trampolin ya?)
“Suara apaan tuh?” tanya Langga.
“Woi itu..” Nugroho nunjuk-nunjuk.
“Apaan?” tanya Bugo
“Ada tai kucing jangan diinjek,”
“Goblok,”
Suara tersebut semakin dekat tanpa disadari pocong asli tersebut berada pas di belakang Langga dan bloonnya gak ada yang nyadar dan pas nyadarnya.
“Apaan sih dari tadi kayak ada suara toing to..” Obeh melihat belakang dan melihat pocong tersebut.
“Ee.. Cuy mangsa tuh, oke keluarin pengeras suara lo semua,” perintah Obeh.
Semua mengeluarkan pengeras suara dari tas masing-masing sementara Bugo mengambil stik baseball.
“Siap?”
“Oke sekarang!”
Semua geng bloon balik badan, Bugo berlari ke belakang Langga. Semua anggota yang membawa pengeras suara menyalakannya dengan suara agak keras dan membaca ayat kursi. “Allahulailahailla huwalhayyulkom,” semua membaca dengan suara keras. Pocong tersebut kaget dan meronta-ronta seakan akan terbakar, sementara Bugo lari lalu membaca basmallah dan memukul-mukul pocongnya.
Buk..
Buk..
“Hahaha mampus,” teriak Bugo.
Pocong tersebut nampak tersiksa lalu seketika itu berubah matanya berubah menjadi merah dan memanggil teman-temannya. “Hihihi toing.. Toing.. Ha.. Eh adek ganteng sama om yuk,” (kenapa ada suara benc*ng sih).
“Ee.. Go gimana nih?” tanya Nugroho.
“Udah pengeras suaranya di max aja volumenya sama setelin ayat kursi di hp,”
Terjadilah pertarungan di antara manusia vs setan yang terjadi di kuburan umum tempat banci-banci ngumpul. Waktu menunjukkan pukul 11 malam (iya kali siang ada setan), Langga sudah gemetaran kebelet pipis, omeh sudah kelelahan, Opik sudah kehilangan akal waras gara-gara ia langsung ngebuka celana lalu ngencingin setannya. Nugroho membuat status.
“Di tengah kuburan lagi war nih,” dan Bugo sudah ngebuat 8 hantu pingsan sekaligus dengan kentutnya.
“Aduh kita kabur aja nih,” saran Bugo.
“Kenapa? Takut lo?” jawab Langga.
“Bukan, gue laper,”
“Makan tuh batu!”
Setelah peperangan seru dan tim manusia sudah mulai kelelahan bantuan pun datang dari kejauhan nampak ada 8 orang mendekat, beberapa orang ada yang membawa senter menyorotkan mereka sambil menunjuk-nunjuk.
“Eh kalian tuh.. Berisik tahu kedengeran sampe luar,” teriak salah satu orang memakai daster sambil mendekati kami dengan jalannya yang gemulai.
“Oh my god,” jawab Obeh dengan suara pelan. Setan-setan semua pada entah pergi begitu saja seakan-akan menyadari bahwa ada bahaya lebih besar dari kami berlima. Dan 8 orang tersebut ternyata benc*ng di pintu gerbang tadi lalu pas saat di depan kita salah satu dari mereka memakai rok pendek padahal badannya berotot.
“Aduh, kalian ini kalau mau berisik jangan di sini sih,”
“Kalian ini udah malem juga,”
“Ee.. Iya maaf om,” jawab Nugroho.
“Jangan om dong panggil aja mbak,”
Gulp.. Kami bertiga menelan ludah dan gemetar, celana Langga sudah basah mungkin kencing di celana.
“Oke sebagai hukuman kalian berlima ayo ikut mbak ke rumah,”
Jder.. Suara petir di malam hari ditambah kata itu seakan-akan bakal terjadi tsunami sampai patung pancoran kerendem. “Go, Ho, Meh, Ngga kayaknya kita dalam keadaan bahaya nih. Kita harus kabur nanti gue megang pengeras suara terus teriak, pas itu kita semua kabur ya,” bisik Opik.
Semuanya mengangguk.
Laki-laki jejadian itu menuntun mereka ke luar kuburan dengan gaya gemulai dan sayu orang kejebur got gara-gara memakai sepatu hak tinggi, Nugroho, Bugo, dan Omeh menertawakannya sedangkan Opik mengatakan, “Hahahaha mampus lo!” alhasil Opik mendapatkan luka lebam di pipinya dan kecupan dari benc*ng tersebut (kok abis dipukul dicium ya?). 154 meter(mungkin) sebelum ke luar kuburan adalah saat-saat mengerikan bagi kami, Opik belum memberikan sinyal ia hanya bilang, “Belum tepat waktu,” Bugo sempat melihat keadaan sekitar dan ia melihat 4 laki-laki jejadian menunggu di luar yang sedang menggoda kuproy (kuli proyek) yang melintas jalan berbahaya tersebut. Saat mereka hampir di gerbang mereka disambut dengan makhluk mengerikan tersebut.
“Oh.. Jadi ini ya yang buat ribut?” tanya salah satu laki-laki bertubuh kurus memakai bando.
“Ini kita bawa ke markas dulu,” jawab lelaki yang membuat muka Opik lebam.
“Pik kapan nih? Kita lagi dalam bahaya mau dan ini mempertaruhkan harga diri kita,” bisik Bugo.
“Oke bentar lagi nanti lo semua lari abis gue teriak,” balas Opik kepada gengnya.
Saat para lelaki jadi-jadian itu pun membawa geng BLOON ke markas mereka jalannya melewati gunung mendaki lembah (kok ninja hatori sih). Opik diam-diam mengeluarkan pengeras suaranya dan sempat ditanya oleh salah satu dari mereka.
“Ngapain ngeluarin?”
“Enggak.. Tadi kayak kemasukan tanah,”
Tibalah pas mendekati jalan raya, Opik memberi sinyal dan semua melihatnya kecuali Langga yang sibuk ngupil. Opik memberi sinyal tangan 1, 2, 3 dan teriak.
“Aahhh… setan,” sambil menunjuk laki-laki yang membuatnya lebam.
“Ahhhh!!! Mana setan aaaa,” teriak semua bencong.
Semua bencong teriak histeris seakan-akan tidak menyadari bahwa dirinya lebih seram daripada setan. Mereka berempat lari ke arah jalan dan bencong lari ke arah kuburan kecuali Langga yang dari tadi sibuk ngupil sempat lari ke arah gerombolan bencong. Mereka berlima pun berlari dengan cepat sedangkan Opik mengambil batu sedang lalu melempar ke kepala bencong yang kecebur got sekaligus membuatnya lebam.
“Makan tuh,” teriak Opik.
Buk!
“Aduh!” teriaknya dan langsung balik badan mengejar mereka berlima.
“Woi sini lo semua!!!” teriak bencong tersebut.
Semua benc*ng diam kecuali dia yang mengejar kami berlima.
“Bloon sih lo Pik kita sekarang dikejar-kejar kan,” kata Langga sambil lari.
“Namanya juga dendam,” jawab Opik sambil lari juga.
Mereka sempat melihat ada mobil truk yang melintas jalan dan menuju ke arah rumah mereka.
“Bang tolong bang kita lagi dikejar benc*ng,” teriak Bugo sambil mengejar-ngejar mobilnya.
Mobil itu berhenti, mereka berlima naik dan mobil itu langsung ngebut. Bencong yang mengejar sempat kelelahan dan bilang akan mengingat muka kami. Itulah pengalaman seram kami di kuburan dan nanti kami berencana akan mengunjungi rumah kosong.
Inti dari cerita ini adalah semua hantu takut sama benc*ng eh salah tapi semua hantu takut sama ayat kursi jadi jangan takut sama hantu.
Cerpen Karangan: Keivan Roin
Facebook: Keivan Roin
Hello my fans nama gue ee… oh ya Keivan Roin. Gue tinggal di jakarta tepatnya di komplek dewa ruci. Ini cerpen kesembilan gue. Cerpen ini akan diupdate tiap 2 minggu sekali (kalau gue niat ngebuatnya) btw hobi gue mancing, parkour, maen games, dll. Kalau mau ngeupdatenya cepet request aja di komen bawah website ini
oke itu aja salam 354 dan bye.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar