Sabtu, 19 November 2016

Es Coret

Hal yang paling menyenangkan untuk dilakukan di tengah hari yang terik seperti ini adalah menonton televisi dengan ditemani segelas es jeruk dan se-stoples keripik singkong. Seperti yang sekarang sedang ku lakukan. Oh, indahnya dunia! Apalagi sekarang hari minggu, yang berarti aku tidak memiliki kewajiban mendengarkan ceramah guru yang seakan terdengar berbicara menggunakan bahasa tak jelas itu. Aku menekan-nekan tombol remote yang berada di tangan kananku. Sedang tangan kiriku bertumpu pada lututku yang bersila -eh sudahlah, yang pasti sekarang aku sedang bersantai.
Akhirnya aku menemukan acara TV yang ku rasa cukup lumayan. Tentang fashion style. Aku tahu ini tidak akan berguna karena apa pun referensi yang ku dapat, dari dulu hingga sekarang pun selera pakaianku tetap sama -jeans dan kaus lengan panjang. Tak apalah, lagi pula acara ini lebih baik jika dibanding dengan gosip infotaiment itu. Untuk apa kita harus tahu tentang aktivitas yang dilakukan orang-orang di TV itu? Mereka kan kasihan, mereka juga ingin memiliki kehidupan pribadi yang tak perlu disorot kamera, iya kan?
Brakk.. Aku tersentak hingga aku bangkit dari posisiku. Suara apa itu tadi? Kedengarannya seperti.. oh ya aku lupa, itu kan suara hp-ku saat ada sms masuk. Aku memang sengaja mengubah suaranya seperti gebrakan meja sejak tiga hari yang lalu. Dan bahkan sampai sekarang pun aku masih sering terkejut setiap kali ada sms yang masuk. Aku pun mengambil hp-ku yang ternyata ku duduki sejak tadi. ‘Aku sudah sampai di sekitar alun-alun, tapi aku lupa jalan ke rumahmu. Jemput aku ya.. –Freya’
Freya, dia sepupuku. Dia memang sudah tidak sabar ingin mengunjungiku setiap kali libur panjang seperti sekarang. Dan Freya memiliki satu kebiasaan yang sama denganku, yaitu sulit menghafal jalan menuju rumah orang lain. Apalagi dia memang baru datang sekali semenjak kepindahanku ke rumah ini. Dan dia memaksa untuk datang sendiri padahal aku yakin pasti sangat sulit meminta izin dari orangtuanya. Setelah menjelaskan panjang lebar kepada ibuku dan meminta izin, aku pun menuju ke tempat yang dikatakan Freya. Ya, alun-alun kota. Sebenarnya aku sedang malas untuk ke luar rumah. Matahari sedang terik-teriknya dan aku kan tidak pernah kuat berlama-lama di bawah matahari. Jadi aku mengenakan sarung tangan, serta bagian ujung jilbabku ku jadikan masker. Sesampainya di alun-alun, aku segera meng-sms Freya. Tut.. Low bath. Huh, kenapa aku tadi lupa menge-charge-nya.
“Posisi dimna?”
Belum sampai semenit Freya langsung membalasnya, “Es coret”
“Es coret? Itu di sebelah mana?” belum selesai aku mengetik sms, ponselku sudah mati. Kenapa harus mati di saat seperti ini? Aku pun menoleh ke sekelilingku. Mataku mengarah ke sebuah rumah makan yang terdapat beberapa daftar menu yang tertempel di kacanya.
Minuman:
Es Jeruk
Es Teh
Es Campur
Es Kocok
Es Gulung
Aku mengerutkan kening saat membaca yang terakhir itu. Es gulung? Bagaimana cara meminumnya? Apa bentuknya seperti telur dadar gulung? Oh ya, aku baru ingat. Sekitar satu dari sini kan ada tempat yang bernama terminal es. Nama es di sana juga aneh-aneh. Jadi mungkin tempat yang dimaksud Freya adalah tempat itu. Tapi kenapa tadi dia bilang berada di alun-alun? Eh di sekitar alun-alun tadi sepertinya. Ya, mungkin Freya di sana. Ah sudahlah, aku pergi saja. Di sini panas. Lagi pula dari tadi banyak orang yang melihatku dengan pandangan aneh. Memangnya apa yang salah denganku? Aku menoleh ke arah kaca spion motorku. Kenapa tadi aku memakai jilbab hitam bercadar seperti ini? Pasti tadi mengira aku anggota teroris yang melakukan bom bunuh diri itu. Hii.. Aku pun melepas bagian jilbab yang menutupi hidung dan mulutku.
Setelah sampai di terminal es, aku mulai mencari Freya. Aku menghampiri setiap gerobak es dan kursi panjang yang berada di dekatnya. Es Dawet, Es Kopyor, Es Air Mata –hii, memangnya itu asli ya?- Es Rumpi, Es Gabus, Es Wadai. Nama Es di sini memang aneh-aneh. Aku masih terus mencari gerobak yang bertuliskan Es Coret, tapi sejauh ini aku masih tidak melihatnya. Aku kembali berkeliling, ada Es Kuwut, Es Memo, hingga yang terakhir Es Mambo. Freya, kamu di mana sih? Setelah yakin bahwa Freya benar-benar tidak ada di sana, aku kembali menaiki motorku. Aku merutuki kecerobohanku yang membiarkan baterai hp-ku habis bahkan hingga mati seperti ini. Freya, kamu di mana? Freya kan belum tahu daerah ini. Bagaimana kalau dia tersesat? Bagaimana kalau dia kecelakaan? Bagaimana kalau dia… tidak, tidak, tidak. Aku menggelengkan kepalaku keras-keras.
Berusaha mengusir semua pikiran buruk dari dalamnya. Aku pun memutuskan untuk kembali ke alun-alun. Aku berhenti di tempat aku berhenti sebelumnya. Setelah melepaskan helmku, aku kembali berjalan berkeliling. Aku harus menemukan Freya. Harus. Di sini ada banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang. Aku terus berjalan sambil mengamati setiap wajah yang tampak oleh penglihatanku. Akhirnya dari jarak 5 meter, aku melihat seorang gadis bercelana jeans dengan kemeja merah sedang duduk menunduk di sisi jalan. Tapi aku tidak begitu yakin kalau itu Freya. Perlahan-lahan, aku pun mendekatinya. Aku sudah berada tepat di sebelah kirinya. Namun sepertinya dia belum menyadari keberadaanku. Aku yakin itu Freya, jadi ku putuskan untuk menyapanya lebih dulu.
“Frey,” ia mendongak. Wajahnya sudah tampak sangat kelelahan. Tapi seketika matanya membulat dan ia langsung berdiri. “Kamu kok lama banget? Aku tunggu dari tadi loh. hp-mu juga nggak aktif. Aku juga nggak tahu harus ke mana,” ia langsung mengoceh padaku.
“Maaf, hp-ku baterainya habis. Aku dari tadi juga cari kamu ke mana-mana. Memangnya tadi kamu ke mana?” tanyaku.
“Aku dari tadi di sini kok,”
“Loh, tadi katanya kamu di Es Coret?” tanyaku heran.
“Memang iya kok, sekarang juga masih,” aku semakin tidak mengerti dengan sepupuku yang satu ini. Apa ini efek dari perjalanan jauhnya tadi?
“Es Coret masa nggak tahu? Yang itu loh..” dia menunjuk rambu lalu lintas dilarang berhenti yang hanya berjarak 1,5 meter dari tempat kami berdiri.
“Itu kan huruf S, terus dicoret pakai warna merah. Jadinya Es Coret!!” jawabnya polos.
Aku pun hanya membulatkan mataku yang memang sudah bulat ini dengan kesal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar