Sabtu, 19 November 2016

Batuk Versi Sharmay


“Batuk apa saja yang membatalkan salat?” Kali ini Ustadz Boerhan Ibrahim atau yang lebih masyhur dipanggil UBI mengevaluasi materi minggu lalu kepada para santriahnya.
Seorang gadis berjilbab cokelat membenarkan letak kacamatanya yang melorot, lantas menyahut, “Batuk berdahak.”
“Loh? Kenapa begitu, Nursa?”
“Soalnya, pas batuk dahaknya ditelan, Ustadz.” Ia menjawab tanpa ragu, lalu segaris senyum membingkai wajahnya.
“Haish!” Bagaimanapun ucapan Nursa ada benarnya. Meski terkesan menjahili UBI.
“Hati-hati, ketika salat, dahak jangan ditelan! Selain meng-iyuh-kan, menelan dahak bisa membatalkan salat, karena itu bisa dikatakan “makan”. Segala hal yang membatalkan puasa, membatalkan salat juga.”
Pandangan UBI mengedar. Ia mencari seseorang, namun belum kelihatan juga. “Ada yang mau jawab lagi?” Matanya masih menebar ke segala penjuru.
“Saya mau jadi menantumu, Ustadz!”
“Apa?” Suaranya tercekat.
Sepasang telinga UBI berdiri. Pun kedua matanya hendak meloncat ke luar. Di kedalaman batin UBI bergemuruh, ‘Astaghfirullah! Apa aku tak salah dengar, Ya Allah?’
“Maaf, bisa kamu ulangi lagi, Apel?”
Perempuan yang disebut Apel itu mengangguk. “Saya mau jawab pertanyaan tadi, Ustadz.”
Ustadz kondang ini merengut lantas melepaskan kacamata, barangkali ada yang salah dengan apa yang ia dengar barusan. ‘Loh? Apa tadi aku salah dengar, ya? Ah.. Mungkin gara-gara mencari anak itu, jadi tak fokus mendengar.’
“Batuk yang bisa batalin salat salah satunya batuk kode.”
‘Ini apaan lagi?! Kenapa jawaban mereka aneh-aneh? Perasaan kemarin aku tak membahas itu..’ Benak UBI dihujani pertanyaan.
“Batuk kode? Maksudnya?”
“Iya, batuk kode adalah batuk yang dikhususkan bagi ma’mum yang punya camer (calon mertua) seorang imam. Si ma’mum batuk dengan sengaja sebagai isyarat bahwa dirinya ikut salat berjama’ah dan layak dijadikan camen (calon menantu).”
Sang Ustadz mengusap wajahnya. Lemas. Benar-benar jawaban yang di luar dugaan! Ia mengembuskan napas.
“Hmmm.. Mungkin kamu ingin memberi contoh batuk yang termasuk berguyon dalam salat, ya?”
“Bisa jadi begitu, Ustadz.”
Sebisa mungkin dirinya tersenyum, meski dalam hati membatin, ‘Hadeuuuh! Anak muda zaman sekarang.. Fyuuuh!’
Di tengah kegondokannya, akhirnya sosok yang sedari tadi ia cari terlihat juga. “Sharmay!” Ia memanggil nama gadis yang sedang bersembunyi di balik tiang. Mata UBI memergoki, ketika kepala Sharmay sedikit melongok. “Aduh! Cilaka, yeuh!” Sharmay mendesis. Kemudian dirinya menyahut, “Ya, Ustadz?”
Ia bisa merasakan jantungnya memompa lebih keras. “Batuk apa yang membatalkan salat?” Sharmay menunduk sembari memilin-milin ujung jilbab birunya. Ia berpikir keras. Sialnya, minggu lalu saat pembahasan ini dirinya tertidur. Buntu. Tidak mungkin ia menjawab asal-asalan. Bahaya! Alamat UBI bakal melapor ke Bangmo Muhammad Ridwan.
Pria itu masih menunggu. “Bagaimana, Sharmay?”
Hening. Tiba-tiba terlintas sebuah jawaban di pikirannya. Barangkali, ini yang disebut ‘The Ilham of Kepepet’.
UBI mengulang pertanyaan sekali lagi. “Batuknya pant*t, Ustadz!” Malu-malu Sharmay menjawabnya.
“Apaaa?! Itu mah bukan batuk namanya, Sharmaaay! Tapi .. ah, sudahlah!”
“Itu juga batalin salat, Ustadz. Tidak diragukan lagi.” Sharmay tersenyum penuh kemenangan.
#SHA
Italy, 01 April 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar