Satria sedang berdiri bersama lima orang sahabatnya, di sebuah pantai yang sangat indah. Dia tidak menyadari ada sebuah lubang kecil di dekat kakinya yang sedang berpijak. Mahluk penghuni lubang itu ke luar sarang. Jalannya yang miring (tidak bisa maju ke depan) membuat matanya tak sempat melirik, dan Brukk! Dia terpental saat menabrak kaki Satria yang sedang asyik ngobrol bersama teman-temannya. Mahluk itu yang ternyata adalah seekor kepiting jenis Ghost Crab terguling-guling mirip guling yang lagi menggelinding! Merasa dilecehkan, kepiting itu mendekati kaki Satria secara merayap-rayap miring mirip rayap dalam piring menuju kaki Satria berada.
Dia berhenti sejenak, ‘Lo nantangin gue ya?’ (begitu kira-kira kata kepiting pada kaki tersebut), lalu dicapitnya kaki Satria dengan menggunakan capit sebelah kiri karena kepiting itu memang kidal. Aaaaaaa!!! Satria berteriak sambil menendang-nendang ke udara agar kepiting itu lepas dari kakinya. Tapi kepiting itu tidak pantang menyerah, hingga Satria harus merelakan secuil kulit kakinya harus terkelupas dari tempatnya semula, untuk dijadikan bahan uji coba apakah masih tajam capit kepiting kidal itu. Darah pun menetes, berjenis golongan AB. (Kamu apa?)
Lima teman Satria itu adalah Edo Pratama (Edo), Hasan Subagyo (Hasan), Rin Hee Yeon (Rin), Vania Miyuki (Vania), dan Zahra Anes (Zahra). Mereka sengaja untuk week end ke pantai. Satria melepas celana trainingnya, syuutt! Aaaaa! Ketiga cewek itu yakni Rin, Vania, dan Zahra, serentak berteriak dan menutup matanya. Tapi sebenarnya masih ada celah dari jari-jari mereka. Hanya pura-pura saja. Nampak kini Satria memakai celana pendek berbahan jeans. Satria kembali melepas celana pendek yang dipakainya, syuutt!! Aaaaaa!! Kembali ketiga cewek itu berteriak lalu menutup matanya. Kali ini mereka tidak pura-pura. Nampak Satria memakai celana pendek kolor spesial untuk renang. Ketiga cewek itu lega dan mengelus dada. Tapi terlihat Satria hendak melepas celana kolor itu juga, dan… Aaaaaa!! Ketiga cewek itu berhamburan lari tunggang langgang pergi menjauh untuk melarikan diri.
Edo dan Hasan terkekeh-kekeh! Ups, Satria membatalkan niatnya. Dia tidak melepas kolornya namun melepas kausnya, syuutt!! Dia lari meninggalkan Edo dan Hasan menuju air laut, byuurrr!! Satria mandi, tapi di pinggiran saja yang tinggi airnya cuma sekitar pinggang. Sebab dia tidak bisa berenang! Byuurr! Byuurr! Edo dan Hasan ikutan mandi. Dan disusul Rin, Vania, dan Zahra. Byur! Byur! Byur! Mereka berenam mandi di pantai dengan ceria. Saling siram menyiram air laut. Dan kejar-kejaran. Selesai mandi di laut, Satria merasa aneh.. Sebab ada yang bergerak-gerak di dalam kedua kantong saku kolornya. Uh! Apa ini? Diambilnya sesuatu yang bergerak-gerak itu dari kedua kantongnya, syuutt!! Ternyata dua ekor ikan bendera! Berwarna loreng-loreng hitam putih.. Assh!! (Digoreng yuk!)
—
Pulang dari pantai mereka mampir ke warung bakso ‘Tenis’ yang baksonya sebesar bola tenis beneran. Mereka memesan enam mangkok. Edo pamit ke belakang. Bakso tiba di atas meja. Hasan mengambil sambal dua sendok lalu ditaruh ke mangkuknya Edo yang masih di belakang. Srut! Srut! Hasan terkekeh kekeh… Hehehe! Edo datang.
“Di belakang ada siapa Do?” tanya Hasan pura-pura polos.
“Tidak ada siapa-siapa..” jawab Edo lalu duduk di bangkunya. Hasan berdiri lalu berjalan sambil terkekeh-kekeh, hehe rasakan sensasinya! Satria tidak tinggal diam, dia mengambil mangkuk Edo yang tadi dikasih sambal oleh Hasan dan dia tukar dengan mangkuk Hasan. Syutt! Syutt! Edo sempat protes, tapi, “Sssstt! Diam saja!” kata Satria berbisik.
Lalu Satria memberikan satu sendok sambal ke mangkuk Hasan yang sekarang. Diikuti Rin satu sendok, ditambah Vania satu sendok, plus bonus dari Vania satu sendok! Sukses! Edo cuma bengong kayak kalong kalau lagi menggantung di malam bolong. Hasan tiba, dan mereka makan bersama. Huh hah huh hah, suara Hasan mirip banteng yang sedang melihat bendera warna merah, sambil kakinya sesekali mengais-ngais lantai. Dia celingukan ke kanan dan ke kiri, mencari tahu apa yang telah terjadi dengan semangkuk bakso kesayangannya itu. Tapi tak ada kabar berita! (Kasih tahu gak ya? Ciyus? Miyapah?)
Pulang dari warung bakso, Hasan terlihat seperti badut yang sedang melakukan akrobat di pentas sirkus. Bibirnya merah, hidungnya merah, pipinya merah, dan matanya pun juga merah. Telinganya ikut-ikutan merah menyala. Laju motornya zig-zag ke kiri dan ke kanan. Kadang melakukan manuver hingga ‘nyemplung’ ke gorong-gorong jalan. Lalu bangkit lagi dan terus berjuang menuju rumah kediaman hingga titik darah penghabisan! Semangkok eh semangat!! (Merdeka!)
—
Hari telah malam. Bulan dan bintang-bintang telah bertengger indah di layar langit. Suara serangga malam terdengar seperti sebuah konser orkestra dari pentas negeri dongeng. Satria sedang iseng menonton televisi di kamarnya. Tak disangka dia melihat dirinya dan teman-temannya ada di salah satu acara televisi. Ya, waktu mereka di pantai tadi! Ternyata dua orang yang tadi ada di pantai itu adalah wartawan. Kirain pengantin baru yang sedang berlibur sambil membawa kamera untuk kenang-kenangan.. Ada gambar waktu Satria buka celana dan cewek-cewek lari berhamburan melarikan diri.
Ada gambar Edo yang berenang di laut kayak bebek. Ada gambar Hasan waktu ngambil rambutan dari pohonnya. Ada juga gambar Rin, Vania, dan Zahra yang menari-nari sambil tertawa. Dan gambar Satria waktu mengeluarkan dua ikan bendera yang nyasar ke kantong celana pendek kolornya. Satu lagi adegan slow motion saat Satria membusungkan dada yang di kausnya tertulis ‘Cerpenmu Dot Com’ Sambil menunjuk dengan jari telunjuk. Keren yaa! Di akhir acara terlihat Satria sedang mendekatkan wajahnya ke kamera sambil ‘Melet (Menjulurkan lidahnya). Weekkk!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar