Sabtu, 19 November 2016
Satrua Belajar Bermain Gitar
Ngiiiingg!!! Suara nyamuk terbang dan hinggap di lengan Satria yang sedang tertidur pulas. Satria sempat mendengarnya, ah ini pasti suara peri yang lagi terbang.. pikirnya. Nyiiittt!!! Nyamuk itu menggigit kulit Satria kuat-kuat. Aduh, kok gatal dan rasanya menjengkelkan? Satria membuka matanya sebelah, dia melirik. Oh ternyata nyamuk. Lalu, plak!! Satria menepuk nyamuk itu dan seketika almarhum di tempat. Mengganggu saja!! Batinnya.
Satria melanjutkan tidurnya lagi. Baru saja dia memejamkan matanya, kembali terdengar suara nguuuunggg!!! Kali ini suaranya agak berat dan hinggap di lengannya yang lolos dari selimut. Mendengar suaranya, ini pasti rajanya nyamuk. Merasakan dia hinggap dan bergerak di lengannya sangat mantap banget. Paling tidak ini biangnya. Satria membuka matanya sebelah dan siap-siap untuk menepuk. Tapi.. Hah?! Tawon?! Ini sih bukan nyamuk: tapi seekor tawon (lebah) gede banget!! Spontan mata Satria terbuka semua, dan melotot. Satria hendak bangun untuk melarikan diri, tapi sudah terlambat!! Aaaaaa… (tahu kan yang terjadi?)
—
Kukuruyuuuk, ayam jago berkokok. Pagi ini pagi yang cerah. Hari minggu, hari libur internasional. Satria datang menemui Edo temannya. Dia menenteng sebuah gitar akustik yang baru dibelikan Bu Ratna ibunya dua hari lalu. “Edo,, ajarin aku main gitar.” Sapanya pada teman karibnya tersebut.
“Oke! Begini cara mainin gitar,” kata Edo sambil meraih gitar yang dibawa Satria. “C A minor D minor ke G ke C lagi, lupa.. lupa lupa lupa, lupa lagi syairnya..” Edo berteriak-teriak mirip orang kesurupan. Tapi jarinya tidak menyentuh senar gitar sama sekali. Alhasil tidak ada suara gitar yang keluar.
“Ah, ini sih lagunya Kuburan Band. Aku ingin bisa akornya,” kata Satria.
“Oh gampang, kamu tinggal menghafalkan huruf A sampai G… Udah beres! Kalau masih kurang ya tambahin huruf H, I dan seterusnya,” jawab Edo.
“Bukan, yang aku maksud itu cara memetiknya bagaimana?” Satria terus berjuang.
“Oh, itu mudah! Kamu pergi ke kebun belakang rumah, terus petik se banyak-banyaknya daun yang tumbuh di sana. Di jamin kamu pasti pintar untuk memetik! Tapi jangan petik mangga milik tetangga yaa!!” jelas Edo panjang lebar. Padahal mereka berdua sebenarnya sama-sama gagal paham mengenai gitar, akor dan cara memainkannya. Suara mereka pun fals-fals sumbang dan tidak jelas nadanya ke mana. Yang pasti nada suaranya tidak kenal sama GPS atau Google. Jadinya nyasar!
Satria pulang menenteng gitarnya dengan rasa kecewa. Di perjalanan Satria sempat disapa anak-anak kampung sebelah, “Habis ngamen ya bang?” tanya mereka.
“Sorry, aku ini calon artis!! Entar mau konser,” jawab Satria sambil menepuk-nepuk dada, lalu terbatuk-batuk uhuk uhuk! Lalu Satria ketemu sama Mbak Nana yang centil.
“Eeee Satria, kok bawa-bawa raket? Mau main tenis di mana?” katanya polos.
“Ini bukan raket Mbak, tapi wajan buat goreng bebek di rumah.” Jawab Satria sekenanya. Masa gitar bagus di dalam tas gini di bilang raket?
“Oh, Mbak kirain raket tadi.” Masa bodoh, Satria masuk rumah terus ke kamar. Gitarnya dia gantung di tembok dekat poster anime. Dia terus memandangi gitarnya sambil berbaring. Sampai akhirnya tertidur pulas di kasurnya.
—
Malam ini sungguh istimewa. Rumah Satria kedatangan tamu tiga cewek sekaligus. Ini pasti gara-gara gitar barunya. Yang satu adalah teman Satria di SMA Masa Depan. Namanya Zahra. Bu Ratna ibu Satria sedang sibuk bikin minuman untuk mereka. Lalu diantarkan ke ruang tamu bersama dua toples kue.
“Satria, kenalin nih teman-temanku. Mereka sekolah di SMA Pelangi.” Kata Edo.
“Kamu punya gitar baru ya? Eh, mereka berdua jago main gitar loh,” kata Zahra.
“Hai! Nama saya Vania Miyuki, dari SMA Pelangi,”
“Hai! Saya Rin Hee Yeon,” kata mereka bergantian sambil mengulurkan tangan tanda perkenalan.
“Saya Satria, murid teladan di SMA Masa Depan.” balas Satria menyambut uluran tangan mereka untuk berjabat tangan.
Zahra mengusulkan Vania untuk bermain gitar. Satria mengambil gitarnya yang tergantung di tembok kamar. Lalu dia berikan pada Vania. “Terima kasih,” kata Vania.
“Kamu nyanyi sambil ajarin tuh Satria biar bisa mainin gitar. Masa punya gitar cuma digantung doang,” kata Zahra.
“Oke!” jawab Vania lalu bersiap-siap memainkannya. Jreng, jreng…
“Kyou mo kono mune wa haritsu meta mama…”
Suara Vania merdu diiringi petikan gitarnya yang lembut seakan-akan menghipnotis siapa saja yang mendengarnya. Mata Satria terus memandangi bibir tipis Vania yang komat-kamit menyanyikan lagunya Haruka Tomatsu. Satria tidak berkedip. Zahra mengulurkan tangannya ke muka Satria, tapi sia-sia. Satria tak bergerak bagai patung. Mudah-mudahan tidak jadi patung beneran. Biar ceritanya tidak habis. Vania terus bernyanyi, jreng jreng… Dan malam pun semakin larut. Semakin larut. Dan larut. Zzzzzz…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar